Friday, February 18, 2011

Between Social Demands and Career Choices

"Although we love to be kids and don't want to be 'mature', yet maturity is a must. It's what so-called social demand which assigns us to be what people expect us to be."

Well, kalimat di atas adalah kesimpulan yang bisa saya tarik dari hasil dua diskusi santai dengan dua orang yang berbeda, di tempat yang berbeda, bahkan dengan latar belakang budaya yang berbeda pula. Obrolan santai pertama adalah dengan salah satu teman baik saya yang bekerja di sebuah perusahaan oil and gas dengan gaji yang bisa dibilang sangat besar untuk sebuah karir yang 'baru' beberapa tahun dimulainya. Orang kedua adalah seorang sahabat dari Thailand, tinggal di Bangkok, sedang memulai karir di sebuah perusahaan multinasional dengan jabatan (dan tentu saja gaji) yang mencengangkan untuk seorang "new comer" sepertinya, account manager untuk 7 brands di sebuah perusahaan sekelas (lets say) Unilever.
Dengan teman saya yang pertama, kami memang sering berdiskusi (*kami sama-sama hobi berdiskusi,
I suppose :p). Dengan teman saya yang kedua, well kami bertemu di Bangkok Thailand beberapa hari yang lalu di waktu senggang saya yang hampir tidak ada di sela-sela meeting Erasmus Mundus Action 2 Lotus Project di mana saya menjadi Local Project Coordinator di UGM.

Dari obrolan dengan dua orang yang berbeda,
well lagi-lagi soal karir dan sekitarannya (obrolan soal karir memang tidak bisa dihindari untuk usia-usia kami yang let's say 24, 25, 26, dst... usia produktif, usia awal karir di mana sisi-sisi idealis masih melekat untuk terjun dalam dunia kerja yang pragmatis dan kadang penuh dengan intrik, serta sorry to say but it does exist, office politics), saya menemukan pola obrolan. Semua tidak jauh-jauh dengan apa yang disebut passion dan challenges, kewajiban dan hak di lingkungan pekerjaan, dan berakhir dengan kesimpulan 'happy at work' or 'not happy at work'. Apakah tempat kerja sudah cukup mengakomodir aktualisasi diri dalam ranah passion, apakah pekerjaan tersebut cukup challenging, apakah kewajiban dan hak hak yang diberikan oleh institusi/perusahaan tempat bekerja sudah cukup berimbang, dan finally apakah merasa bahagia atau tidak di tempat kita bekerja. In fact, yang terakhir adalah yang paling krusial.

Teman saya dari Thailand merasa tidak bahagia dan merasa telah salah mengambil keputusan untuk memulai karir di perusahaan, dengan posisi dan gaji yang menurut saya 'oh wow' untuk orang seusianya. Pekerjaannya memberinya tanggung jawab yang terlampau besar dan workload yang berlebihan membuatnya merasa seperti
square pig in a round hole. Salah tempat. Ketidakbahagiaan di tempat kerja membuatnya mencari alternatif pekerjaan lain yang (mungkin) membuatnya merasa lebih nyaman dan bersemangat memulai hari untuk menapaki karirnya. Teman baik saya yang satu lagi merasa bahagia di tempat kerjanya, gaji fantastis, dan posisi serta jobdesc yang mengakomodir passion-nya dalam bidang CSR. Namun, masih dan selalu saja ada intrik dan sesuatu yang kurang cocok di lingkungan pekerjaannya. Well, shit sometimes happens, ada plus ada minus, ada kelebihan dan ada kekurangan... That life should be, my dear.... If you have chosen your path, you have to be totally ready with all the challenges and risks that may lift you up or hit you down at the same time... :)

Now, look at myself! I'm happy with my job although... yep, as above-mentioned, shit happens sometimes, office-politics (well it's everywhere I guess), overload works, big question on the level of prosperity (well, salary), complicated bureaucracy, not-really-cooperative colleagues, and so on... Tapi, saya mencintai pekerjaan saya, saya mencintai institusi di mana saya bekerja... That's crucial and that's the most important. Saya menyadari, ada kekurangan dan ada kelebihan, selalu seperti itu polanya, mainstream. So, mari bersama-sama memperbaiki sistem dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik... They said: "When pigs fly, Dinna". I said: "Nothing is impossible my man, I'm (still) optimistic" :) Hmmm... Semoga 'mereka' tidak membiarkan niat baik dan rasa optimis saya menyublim begitu saja ya... haha.... Let's see....

Terlepas dari semua itu, ada satu hal yang pasti dirasakan semua orang-orang seumuran saya.
Social demand on maturity. Tuntutan untuk menjadi dewasa yang seringkali diinterpretasikan sebagai tuntutan "kemapanan". Definisi "kemapanan" = memiliki pekerjaan yang settled, posisi yang lumayan, gaji lumayan (lumayan besar), membantu sekolah adik-adik, kemudian menikah, punya keturunan, dan hidup bahagia. Sederhana. Ditambah lagi, bagi wanita seusia saya, teror pertanyaan "Kapan menikah?" datang dari segala penjuru, timur, barat, barat daya, hingga timur laut. Dan kembali lagi, saya mengkounter dalam hati 'mapan aja belum, sampeyan kira nikah urusan gampang'. Nah kan, balik lagi pada konsep kemapanan. What a complex social demand... Fyuuuh.... hahaha....

Indeed, bagi kita yang hidup dengan budaya timur, social pattern atau pola yang seperti itu memang sudah jadi semacam template di masyarakat, bahkan menjadi semacam patokan. Saya tidak menyalahkan pola tersebut, karena saya juga hidup negara di belahan bumi sebelah timur. So, let's be mature, settle down, find a man, and get married... (serasional-rasionalnya saya, well, I'm still normal, I'm longing for my Mr.Right-enough to come... Who's that going to be? I still don't know... Just let the the universe show my path leading to him... :p)

Mari mapan, akan tetapi mari tetap bermimpi... Dengan mimpi kita menjadi pribadi yang optimis dan memiliki visi untuk diperjuangkan.... Dengan mimpi kita memiliki target dan
goals untuk diprioritaskan dan dilaksanakan.... Dan dengan mimpi kita memiliki apa yang disebut passion atau hasrat.... :)
Mari temukan pekerjaan yang mengijinkan kita untuk tetap bermimpi, yang bisa mengakomodir passion kita, menjadikan kita pribadi yang lebih unggul, memberikan ruang untuk kita berkembang, menghargai kita sebagai staf secara profesional, memberikan reward yang pantas, dan yang dapat meminimalisir ketidakadilan...
Above all, the most important is: let's be the happiest creature on earth! Happiness is to be made and pursued sweetie cookie, not to be just dreamed... If not now, when? If not here, where? And if not you who make it, then who? ;)

Best,
Dinna

1 comment:

  1. jeng diiin, indeed, the social pressure exists...

    but sure we are smart enough to enjoy our only life :)

    miss you jeeeng

    ReplyDelete